[TRUNDLED DOWN; 73] Sonata belenggu neraka
“Gimana? Dapet jawaban?” Jennifer duduk di hadapan Karyn. Menatap Theta itu dengan perasaan ragu.
“Kenneth… Hans already marked him.” Ucapan Karyn sontak membuat kedua mata Jennifer membola. “Tapi cuma peck, itu artinya Kenneth masih hidup!”
“Bukan gigitan?”
“Bukan.”
“Hans ngeblokir informasinya. Tiap kali aku coba telepati sama dia, dia nggak pernah gubris. Terus diputus sepihak.”
Sial!
Wanita itu pikir mungkin Theta-nya tahu. Rupanya keduanya berada di jalan buntu!
“Lebih baik jangan bicara apapun! Lebih baik banyak jangan ungkapkan satu katapun!” Jennifer menimpali. “Dia bisa bunuh siapapun bahkan meski jarak kita berada ratusan mil dari dia!”
“Sorry?” Jordan tiba-tiba menyela. “Ada kemungkinan dia bisa dengar obrolan kita ini?”
Jennifer mengangguk. Buat Jordan merutuk merasa bodoh.
“Lo ngelihat itu kan?” Karyn tiba-tiba menginterogasi Jordan. “Tanda di leher Kenneth? Salah satu alasan dia bisa terus berurusan sama Enigma!”
Jordan memicing. Mengandai-andai bekas luka yang ada di leher Kenneth. Jordan ingat luka itu ada di sana, masih basah saat kali terakhir Jordan cekik leher Kenneth di rumah sakit.
“Peck? Tapi luka itu cukup dalem!”
Jennifer hela nafasnya kesal. “Emangnya gue kelihatan bodoh waktu bilang Enigma bisa bunuh siapapun dari jarak ratusan mil?” wanita itu menoleh geram ke arah sepupunya. “Do you think i make a fun of it? His rumours?? Stupid Jordan!”
“Hei!”
“Udah jangan berisik!” Karyn sontak menyatukan kedua tangan. Merenung, menatap lurus ke depan tanpa berkedip. Sementara sang Theta sibuk bergelung dalam pikiran, kedua matanya menyala berwarna hijau. Jennifer refleks duduk di hadapannya. “Perhatikan! Jangan sampe kecolongan apapun! Hans jawab sinyal gue.”
“Kenapa nggak bilang ke gue?” Solar merengut.
Sejak Jordan yang dipinta untuk bertemu dengan Jennifer sejam lalu, Jordan lupa kalau ia dirawat di ruangan yang sama dengan sang Beta. Laki-laki itu merengek merasa ditinggalkan, sehingga mau tak mau ia harus kembali menjemput Solar di rumah sakit.
“I’ll tell you later!”
“Where do we go?”
Jordan menoleh. Menarik Solar masuk ke dalam mobil sebelum akhirnya ia menekan tombol dial dan menelepon sepupunya.
“Gue bawa Solar!”
Terdengar sahutan dari ujung sambungan telepon. Solar tidak tahu apa-apa. Bahkan Solar tidak tahu kalau Jennifer, salah seorang manager kenalan agensinya adalah sepupu Jordan. Ingat bahwa ingatan mereka semua telah dihapus oleh Hans? Maka wajar bila Solar juga tidak tahu menahu apa yang terjadi.
Tapi begitu ia sampai di lokasi, terdengar perbincangan yang tertangkap di telinganya. Seseorang menyebut kata Enigma, seseorang juga sebut kata Theta.
“Dia mate gue, Theta!”
“Hah? Theta?” King of Beta. “Bukannya langka ya? Wah! Gue nggak percaya bisa berhadapan dengan seorang Theta langsung.”
Tidak sebelum Karyn sahut kalimat, “Nggak selangka Enigma yang cuma ada satu per generasi!”
Lucunya, saat Solar celetuk kalimat tentang Enigma, bahwa saudarinya mati karena feromon sang Enigma, semua orang tidak percaya.
Kecuali satu orang yang sayup-sayup dengar sesuatu dari isi kepala Solar, Karyn rupanya mampu memindai rekaman masa lalu dari kepala si laki-laki Beta itu.
“Solar, lo Beta?”
Jordan menimpal, “Karyn!”
“Lo Beta?”
Perempuan itu mengulangi ucapannya. Menekankan kata di tiap kalimatnya tertutur. Menatap serius ke arah Solar yang masih kagum mengetahui identitas Karyn di hadapannya.
“I am, your majesty!”
Asing.
Jordan merasa asing dengan pemandangan di depannya. Solar membungkukkan badan kepada Karyn. Sementara perempuan itu tersenyum lebar.
“Orang tua lo didik dengan baik!” Ucapnya. Buat Solar tertawa kemudian. “Santai aja, nggak perlu terlalu formal. Kita seusia!” Saat semua orang sibuk mencerna pemandangan yang terjadi di depan mereka, Karyn tiba-tiba mendekat ke arah Solar. Mengarahkan telapak tangannya di depan muka Solar dan semua orang mengerutkan dahi. “Lo udah pernah ketemu gue. Udah pernah ketemu Hans!” Karyn tersenyum tipis. “Solar! Everything is gonna be easy from now because of you!”
“IT’S IMPOSSIBLE!” Jordan berteriak di hadapan Jennifer. “Kalo orang itu Kenneth, gue nggak berkutik. Tapi kalo kita harus numbalin seorang Omega buat nyangkep sinyal Enigma yang lo maksud, I’d better choose to slit my own throat!”
“Do you dare?”
Sekiranya Jordan bisa meninju wajah Karyn, ia akan melakukannya dengan sukarela.
“Lo semua bersikap seolah-olah Enigma itu ngebunuh Kenneth!”
Jordan mendesis. Ia masih berpikir bahwa kehilangan Kenneth ini memang karena ia tiba-tiba menghilang dan kabur dari kepemimpinan pack!
Setidaknya itu. Setidaknya itu hal satu-satunya yang muncul dalam pikiran Jordan. Tidak sampai Jennifer bawa dia bertemu Karyn; sang Theta yang mengatakan bahwa ada Enigma yang turut campur tangan di antara mereka.
Hans; aktor yang bergerak seperti predator di air yang tenang, menyamar di antara seluruh pekerjaan paling disorot di dunia hiburan namun taktiknya buat ia tidak banyak dikenal orang.
Jordan memilin pelipisnya yang terasa pening. Bagaimana bisa? Sang Enigma; pelaku atas porak-porandanya alam semesta, hadir di antara berbagai probabilitas, justru ada di sekitar Jordan tanpa ia ketahui?
Berurusan dengan Kenneth, berurusan dengan sepupunya, juga kian berurusan dengannya. Hingga kini, Jordan hanya bertanya-tanya akan satu hal. Walau Hans kembali muncul dengan tertawa tanpa dosa. Tetap mampu membuat semua orang termasuk Jennifer dan Karyn pikirannya bak jadi simpul mati!
“Sekarang tinggal mikir kemana perginya Alpha kurangajar yang ngacauin pack sampe segini pecahnya.”
Kenneth menghilang setelah sekian minggu bergulir. Jordan juga Jennifer pun tidak tahu kemana perginya Alpha itu seakan lenyap ditelan bumi. Bersembunyi bak pengecut sementara ia harus mengambil alih tugasnya sebagai pemimpin pack. Rupanya, amarah Jordan sebelas dua belas dengan Kenneth. Ia juga bertindak tumpul, melukai sandera sang Enigma. Nyaris bunuh Alpha penjagal paling disegani di seantero bentala!
Tapi yang jelas, saat kehidupan mulai membaik di bawah pimpinan Jordan, tidak ada yang tahu bahwa badai akan datang!
[]