[TRUNDLED DOWN; 53] Hilang dalam ruang, tercecer bagai debu
Geram.
Mungkin bukan kata yang tepat untuk deskripsikan betapa dongkolnya Hans kepada Kenneth sampai harus paksa laki-laki itu keluar dari sana.
“Mau gue seret biar lo nggak banyak tingkah?”
Hans tatapannya sudah menyalang siap untuk menghancurkan Kenneth. Tapi Kenneth dengan angkuhnya masih sempat mengancingkan lengan kemejanya. Menatap balik ke arah Hans yang memicing ingin mencabik-cabik makhluk paling arogan yang pernah ia tangani.
“Gue punya permintaan.”
“Nggak paham perintah? Harus gue buat lo merangkak sampai putus asa minta ditarik kutukannya apa gimana?”
Kenneth lantas berjalan mendekati sang Enigma. Tersenyum merendahkan, berucap, “Gue bilang gue punya permintaan, dongo!”
“That’s not how precisely people ask for things!” Hans mengerling. Dalam satu detik, Kenneth dibuat menunduk dan bersujud di hadapannya. “Lo pikir gue mau kabulin permintaan lo?”
“Akh—” Kenneth memekik. Ia mendongak menatap Hans yang kembali gunakan command act untuk memerintahkan tubuhnya. “Bedebah bajingan—”
“Kenapa gue harus kabulin permintaan lo,” Hans menundukkan badannya. Matanya memendar kesana-kemari, lalu terhenti begitu kepalanya ia sejajarkan di samping Kenneth. Berkata tepat di telinganya tak kalah sengit, “Sayangnya lo nggak paham sehabis dibilang kalo hal-hal buruk bisa kapan aja terjadi tiap tindakan lo ngelawan diktatorial gue.” Satu detik, dua detik, Hans menoleh, menatap figur wajah Kenneth dari samping yang dibuat kehabisan kata-kata dan hanya bisa nikmati tenggorokannya tercekat oleh perintah Hans. “Would you die for it?”
Sial.
Kenneth terus tidak diizinkan untuk bicara. Ia menatap lurus ke depan, seluruh tubuhnya bergetar mencoba lawan perintah Hans meski tidak mampu merubah apapun.
“Gue nggak lihat alibi apapun dari diri lo, Kenneth!” Sang Enigma ubah posisi. Menarik dagu Kenneth dan menjepitnya kuat sampai tiba-tiba, ia meronta. “Jangan buat gue marah!”
Hans lepaskan feromonnya. Kembali buat Kenneth tersedak meski tidak mampu keluarkan satupun suara. Kepalanya pecah, ia pejamkan mata kuat-kuat seiring darah yang merembes keluar melalui hidung lagi-lagi buat sang Alpha kehilangan akal.
Cukup bagi Hans buat darah terus mengucur sampai menodai kerah kemeja yang dikenakan Kenneth, lantas ia tutup kembali feromonnya. Laki-laki itu menarik rambut sebelah Kenneth, mencengkeramnya pelan, kembali ia pulihkan otaknya yang ia hancurkan sendiri sampai darah mulai berhenti keluar dari hidung Kenneth.
“Brengsek-”
Dan lihat!
Kata pertama yang meluncur dari mulut Kenneth adalah makian bahkan setelah Hans bantu pulihkan organ vitalnya meski Hans bisa saja biarkan Kenneth menenggak masa kritis kembali.
“GUE CUMA MAU LO HILANGIN WAKTU, PUTER BALIK MASA, ATAU HAPUS INGATAN GUE, BANGSAT!” Kenneth tendang ranjang bangsal di sampingnya sambil menyeka darah di hidung dengan lengan kemeja. “Gue mau minta pertanggungjawaban lo atas kematian gue, setelah biarin makhluk di bawah perlindungan lo mati di wilayah lo sendiri!”
Sedang Hans di hadapannya buat vas bunga pecah dengan telekinesis karena mudah baginya. Ia kikis jarak dengan Sigma-nya. Terus tatap lurus pemuda yang sudah kacau itu penuh rasa iba.
“Lo simpan lebih banyak dosa ketimbang yang lo kira,”
“Hah?”
“Setiap langkah dan tindakan baik di bawah maupun yang terlepas dari kehendak gue, nggak akan rubah takdir kalo lo bakal mati.” Hans buat Kenneth mencicit. Berdiri di atas kakinya pucat pasi, sedangkan sang Enigma menatapnya tanpa kedip, seolah-olah melalui kedua mata itu, ia tengah menguliti tubuh Kenneth sampai mati. “Would you die for it?”
Kenneth termangu.
Tatap netra Hans yang tidak sedang mengeluarkan command act tapi masih tetap buat Kenneth tidak dapat menjawab pertanyaannya.
“Lo mulai takut, Kenneth!”
Benar!
Hans telak menembaknya tepat sasaran.
“Dan sekarang setelah lo ngelalui hidup dan mati, hilang dari pack lo sendiri, dikhianati, dihabisi sedemikian rupa, ditarik dan diselamatkan bahkan setelah semua ini, lo masih berpikir kalo lo gue belenggu? How awful!”
“Lo yang bikin gue berada di titik ini.”
“Dan lo masih dongo minta gue buat hapus ingatan, putar balik masa, hapus waktu dan segalanya untuk lihat lo mati lagi, huh?”
“Gue cuma minta salah satunya!” Kenneth segera potong ucapan. Tatap ke arah Hans tidak terima. “Gue tagih hak gue, kewajiban lo yang disimpang siurkan adalah pelindung seluruh makhluk semesta. Tapi ngelakuin satu hal aja nggak sudi?”
Ia bisa lihat betapa Hans balas mengangguk, menatapnya tak sekeji sebelumnya, melainkan hanya balik mengasihaninya melalui sorot netra itu.
“Siap, emangnya?”
Senyap.
Udara mendadak hilang tanggalkan ruang. Bahkan suara sekecil hembusan angin tidak mampu lagi Kenneth dengar. Selain hanya degup jantungnya sendiri.
Benar kata Hans, Kenneth mulai takut. Kenneth mulai goyah dan kehilangan kepercayaan diri. Meski begitu, ia terus bebal ajukan pinta.
“Lo akan menyesali permintaan lo sendiri!”
[]