— Embun di gelas yang diselimuti dingin

O2CHENGXUN
3 min readJun 9, 2023

--

Gabriel-Savian

“Oh iya, Jangan lama-lama ya?”

Kali ini Savian tidak mungkin tidak terkejut mendengarnya. Cowok itu telah sampai ke rumah Gabriel dan dipersilahkan untuk duduk. Selesai dengan tidak cukup memuaskan begitu tadi Savian mulai buka suara dengan bahas hal yang kemarin mengganggu keduanya.

Lantas ia membalas pertanyaan Gabriel dengan gelengan. Kepalanya tertunduk sedih, terlalu kentara menyiratkan kekecewaan. Savian selama ini tidak peduli dengan persona itu. Selamanya begitu. Yang ia pedulikan adalah tiap pertanyaan-pertanyaan tentang dirinya yang terlampau retorik sampai perlu ia kulik sendiri.

Lalu di sampingnya ada Gabriel. Memakai kaus tipis dan scarf di lehernya terlihat manis. Savian juga tidak lama setelah melihat itu terkekeh. Baru ingat kalau sudah pasti leher sang Alpha masih tercetak gigitannya.

“Masih sakit?”

“Oh ini,” Gabriel sempat mengerjap panik. “Dikit. Tapi nggak papa, udah nggak berdarah lagi.”

“Masih lebam?”

“Kalo itu, iya.”

Ingat begitu Gabriel dengar Savian langsung bilang kalau mereka adalah true mates, buat dia kepalang ruwet! Masalahnya selama ini dia nggak mengira barangkali sosok mate-nya itu justru laki-laki di hadapannya. Gabriel diam seribu bahasa, termangu. Alih-alih bertanya dan menimpali maksud perkataan Savian, yang keluar dari bibir Gabriel justru nggak nyambung!

“Mau gue buatin minum? Pengen apa?”

“Boleh! Terserah deh yang dingin.”

Savian memang tetaplah Savian. Toh juga Gabriel dengan senang hati kabur dari sana. Layaknya ditelan gugup, Gabriel tidak membalas dengan satupun respon dan meninggalkan Savian yang duduk tanpa petunjuk sendirian di ruang tamu.

Kedua orang tuanya sedang tidak ada di rumah. Sudah berkali-kali cowok itu memberitahu Savian. Tapi dia tetap saja kukuh untuk bicara dengannya.

Mulai dari true mates, dan apalah itu yang Savian sebutkan tetap membuat Gabriel bingung karenanya. Gelas kaca berisi minuman dingin yang sedari tadi ia pegang dan terus menempel di kedua tangannya jadikan perhatiannya mandat dengan lamunan. Tepat saat itu, Savian hanya balas terkekeh. Tangannya raih bahu Gabriel guna menyadarkan pemuda itu.

Yang ditepuk terjingkat. Sontak beradu pandang dengan mata sang Omega. Sepersekian detik, dengan Savian yang sudah terlebih dulu berkedip dan tersenyum ke arahnya.

“Hint lo bau tembakau.” Katakan bagaimana cara Savian harus merespon kalau begini. “Waktu di mobil itu feromon lo ada hint tembakau. Yang kayak di rokok itu,”

“Maksudnya?”

“Bau feromon lo.”

Membuat Savian mengernyitkan dahi, “Bukan. Feromon gue cokelat, kok!”

“Waktu lo gigit gue, gue nyium aroma cokelat pekat. Itu emang feromon lo berarti kan, terus disusul sama tembakau tipis-tipis. Gue sendiri kaget waktu lo ngedeket gue sempet malfungsi, tau-tau di-marking.” Gabriel menjelaskan dengan cemberut di akhir kalimatnya ditutur.

Satu fakta baru yang Savian dapatkan. Laki-laki itu menjentikkan jari, ah pantas saja ia merasa saat marking pada Gabriel anehnya Gabriel saat itu sempat membeku seketika.

Savian lalu balas mengangguk paham.

Tapi sebelum Savian balas mengujar, Gabriel memotong ucapannya lagi. Ia berucap, “Gue juga nyium bau itu sekarang.”

Sontak, membuat perhatian Savian teralihkan. Ia tatap nanar pemuda di hadapannya, panik sendiri perkara di rumah ini mereka hanya berdua.

“Lo- nggak… heat lagi, kan?”

Cuma mata yang mengedar kesana-kemari. Savian segera bangkit dari sana, mencari perlindungan atas apa yang ia lakukan sendiri tanpa sengaja.

[]

--

--

No responses yet